Sabtu, 12 Februari 2011

Bahasa Jalanan

Di lantai pertiwi ini, tersaji jutaan pilihan kenikmatan

Sendirinya berdiri membentuk kebutuhan asupan kepuasan

Merangkai menjadi turus pilihan, yang mana milikku?

Langkah jiwa-jiwa merapuh memandangi setapak-setapak jalanan

Kotoran hina berbalut kesucian kata berserakan

Diantaranya, aku bisa pandangi bagaimana haru mengalun

Setebal apapun itu, tetap bermakna jerami

Gersang lain lagi, kemungkinan terindah saja hanyut ke tempat lain

Jauh dari tempat semestinya

Manakala berhenti untuk merasa rehat

Kisah lain terbuka memenuhi hiruk pikuk layar kehidupan

Bukan kesatu, kedua, ketiga, keempat atau kelima

Melainkan daun-daun yang harus kembali gugur memberantakkan jalanan

Hilang tertiup angin tanpa tahu bagaimana berikutnya

Harapannya selesai dengan akhir yang baru

Kali ini, senandung burung membias sebagai simfoni kehampaan

Mereka dan aku, ialah Raja bangsa kahyangan impian terkenal

Tak mengenal batas kewenangan atau kekuasaan

Bangsa Raja sebagai babu kenikmatan bagi pemerintahnya

Bangsaku paling terhormat diantara lainnnya

Rela mengorbankan darah beningnya burcucuran

Menenggelamkan pikiran untuk prasangka yang dipaksa baik

Meninggalkan kebutuhan cahaya untuk pertaruhan keadilan

Diatur dalam kegelapan hingga sanggup melaksanakan titah para menterinya

Terbodohi untuk membayar pecinta kekuasaan dan penikmat ketamakan

Padahal, tak ada yang Raja ini dapat

Kecuali, tumpukan sisa-sisa penimbunan jerami

Atau muntahan-muntahan kepelikan masalah tanpa ujung juga hasil

“BANGSA INI MARAH !!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar